Life Only Once. Stop Thinking and Just Make It Work

10.07.2016

Solo, 8 Oktober 2016 : Kenapa ngeblog kalau tidak ada yang baca?

Malas menulis, tidak bisa menulis, tidak bisa nge-blog, tidak bakal ada yang baca adalah alasan utama teman-temanku menolak untuk membuat blog. Padahal mereka mempunyai banyak pengalaman menyenangkan yang pastinya akan menarik diceritakan kembali dalam sebuah blog. Sebuah blog, walaupun sederhana, entah bagaimanapun pasti suatu saat akan membantu orang lain. Di era digital dan internet seperti sekarang ini, google adalah tujuan utama orang untuk mencari informasi. Selain membantu memberikan informasi untuk orang lain, nge-blog juga membantu diri sendiri untuk mengingat perjalanan-perjalanan seru yang pernah dilakukan dalam hidup.

Aku mulai nge-blog pada 2010. Pada awalnya hanya ingin membuat blog yang memuat sejarah-sejarah di dunia ini. Aku sangat suka sejarah. Tapi dalam perkembangannya 2010-2016, blog ini lebih banyak berisi cerita perjalanan dan curhatanku. 

Pada awal-awal aku membuat blog, jumlah pengunjungnya bisa dikatakan sangat sedikit. Sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah like saat Justin Bieber sekali saja pasang foto di facebook. Tapi bukan itu motivasiku untuk membuat blog. Bagiku blog adalah sebuah tempat untuk mencurahkan semua pemikiranku dalam bentuk buku diari digital. Semua perjalanan yang pernah kulakukan, sebisa mungkin aku tulis di blog ini. Tujuannya? Supaya aku tidak pernah melupakan perjalanan tersebut. Supaya aku bisa terus membacanya. Jika orang lain membutuhkan informasi, itu adalah bagianku untuk membantu orang.

Blog ini, sudah berusia enam tahun, ibaratnya seperti anakku sendiri. Ini adalah hasil karyaku, kekalutanku, kebingunganku, kebahagiaanku kutuangkan dalam ratusan tulisan selama enam tahun terakhir.

Tidak perlu mengharap jumlah pengunjung yang banyak, tidak perlu terlalu mengharapkan jumlah komentar yang banyak. Jika tujuan kalian hanya menulis, maka menulislah. Menulislah untuk diri kalian sendiri, menulislah seakan-akan itu adalah pengalaman paling berharga yang tidak ingin kalian lupakan. Jangan sampai sebuah perjalanan mahal yang cukup menguras kantong kalian, berakhir terlupakan begitu saja dalam bentuk folder foto yang menumpuk di hard disk dan postingan di media sosial yang mudah dilupakan orang. Abadikan itu dalam bentuk tulisan. Bisa menulis itu karena terbiasa. Aku sendiri masih terus belajar, masih sering tidak konsisten menggunakan gaya bahasa. Tapi itu tidak masalah.

Menulis dan menulislah di blog. Jumlah pengunjung yang membludak adalah sebuah bonus, yang penting pengalamanmu akan abadi.

10.04.2016

Surabaya, 4 Oktober 2016 : Kebahagiaan yang sederhana

Sumber gambar : www.theodysseyonline.com

Apa sebenarnya arti dari kebahagiaan?

Aku terus mencari artinya, karena terkadang aku benar-benar tidak memahaminya.

Menurut beberapa definisi yang aku baca di internet, kebahagiaan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan atau kegembiraan yang intens.

Ketika aku singgah ke Maha Vihara Majapahit di Mojokerto, dikatakan “Kebahagiaan karena melepas, penderitaan karena mengikat.” Menurut ajaran Buddha, jelas bahwa jika kita melepaskan kekotoran batin di dalam hidup kita (iri, benci, egois, marah, jengkel, cemburu) maka kita akan bahagia, demikian juga sebaliknya.

Ada yang berpendapat bahwa kebahagiaan tergantung dari seberapa banyak uang yang kita miliki. Semakin banyak uang, maka hidup akan semakin bahagia. Banyak yang ngomong, “Munafik kamu kalua kebahagiaan bukan ditentukan oleh uang.”

SALAH. Pemikiran salah yang sudah aku buktikan sendiri. Aku sama sekali tidak bahagia dengan uang. Uang hanya membawa kita ke dalam suatu jeratan yang akan menarik kita semakin dan semakin dalam. Susah untuk keluar. Sifat tamak, iri hati, benci, dengki seakan muncul jika sudah berhubungan dengan uang….

Aku mendapati ketika aku masuk ke dalam jeratan tersebut, aku tidak bahagia. Aku merana.
Lantas, dimana aku bisa mencari kebahagiaan?

Aku tidak ingin hidup sekedar hidup, bekerja untuk hidup, bekerja untuk membayar hutang yang menggunung, membayar tagihan, aku tidak mau begitu. Aku ingin menghidupi hidup ini. Aku ingin hidupku berwarna, penuh dengan hal-hal indah yang membuatku bahagia.

Aku rasa kehidupan yang lalu adalah sebuah pengalaman. Aku terus mencari file kebahagiaan di pengalaman-pengalaman hidupku yang lampau. Semuanya masih tersimpan rapi di otakku. Ketika kubuka aku mendapati beberapa hal: Traveling, Bercanda bersama teman-teman, KKN dan tinggal di Atambua, reuni bersama teman-teman SMP dan SMA, ketika membantu orang lain, memasak, menonton film sembari minum coklat panas saat hujan…..

Well, aku terkejut. Ternyata hal-hal yang cukup sederhana.

Bukan uang. Bukan rumah mewah. Bukan mobil. Bukan handphone bagus.

Sebuah sumber menyatakan, "Do more of what makes you happy."

I WILL.

Disitu aku menyadari, bahwa kebahagiaan bukanlah faktor eksternal……

Kebahagiaan adalah faktor internal, berasal dari dalam diri kita. Seperti sebuah sensor, dia akan menyala hijau kalau ada ransangan hal-hal yang membuat kita senang. Sebaliknya, dia akan menyala merah ketika dirangsang oleh hal-hal yang tidak membuat kita senang.

Sebenarnya aku berbahagia hidup sederhana…

Yang mendorongku untuk menjauhkan diri dari sifat tamak dan serakah….Menerima keadaan dan tetap bersyukur.

Meskipun akan ada banyak batasan, tetapi Tuhan akan selalu memberi jalan.

Dan di tengah perjalanan tersebut, kita bisa tersenyum….

Aku bahagia, hidupku tidak sia-sia……